Entri yang Diunggulkan

Yuk, Gunakan Obat Tetes Telinga dengan Tepat

Minggu, 30 Oktober 2016

Mengetahui Lebih Jauh tenting Penyakiit Telinga



1.         Telinga sakit (otalgia)
Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga. Setiap penyakit yang mengenai daerah telinga hampir semuanya terdapat gejala otalgia. Penyebab nyeri dalam telinga itu sendiri dapat berasal dari telinga maupun diluar telinga (Arnolds, 1984). Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai rasa terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat hebat, atau konsisten dan intermittent atau sementara (Petrus,1986).


a.   Otalgia primer
-     Infeksi telinga tengah (otitis media)
Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah. Otitis media merupakan penyakit telinga yang paling sering terjadi pada anak-anak dan merupakan diagnosis klinis yang sering pada anak dengan demam. Data dari negara-negara maju menunjukkan bahwa otitis media adalah salah satu infeksi yang umumnya terjadi pada anak usia dini dan merupakan alasan umum untuk berobat. Otitis media memiliki puncak insiden pada anak usia 6 bulan- 3 tahun dan diduga penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan penyebab lainnya yaitu menurunnya imunokompetensi pada anak (Umar, 2013).
Faktor-faktor risiko terjadinya otitis media adalah bayi yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah, umur (sering pada anak-anak), anak yang dititipkan ke penitipan anak, variasi musim, predisposisi genetik, kurangnya asupan air susu ibu, imunodefisiensi, gangguan anatomi seperti celah palatum dan anomali kraniofasial lain, alergi, lingkungan padat, sosial ekonomi rendah, dan posisi tidur tengkurap. Tanda dan gejala otitis media pada anak yaitu pada anak usia di bawah 2 tahun yaitu demam, rewel, tidak mau makan, tidak bisa tidur, terlihat lemas. Pada anak usia di atas 2 tahun yaitu demam dan sakit telinga, sulit tidur, dan tidak mau makan (Kong dan Coates, 2009).
-     Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang” (Bluest, 1996).
-     Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).

b.   Otalgia Sekunder
Otalgia sekunder dapat disebabkan oleh penyakit gigi, iritasi sinus paranasal, lesi di rongga mulut.

2.          Gangguan pendengaran (hearing loss)


Gangguan telinga tidak dapat dianggap kecil, karena dapat mempengaruhi pendengaran. Gangguan pendengaran didefenisikan sebagai berkurangnya kemampuan sesorang untuk membedakan suara. Menurut WHO (2010), gangguan pendengaran adalah hilangnya pendengaran disalah satu atau kedua telinga.
Gangguan pendengaran terjadi karena peningkatan ambang dengar dari batas nilai normal (0–25 dBA) pada salah satu telinga ataupun keduanya (Soepardi, dkk., 2012). Telinga manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya 85 dBA (batas aman) dan dengan frekuensi suara berkisar antara 20 sampai dengan 20.000 Hz (Chandra, 2007). Batas intensitas suara tertinggi adalah 140 dBA dimana jika seseorang mendengarkan suara dengan intensitas tersebut maka akan timbul perasaan sakit pada alat pendengaran dan memicu seseorang terkena gangguan pendengaran atau peningkatan ambang dengar (Utamiati, 2012).
Terdapat tiga jenis gangguan pendengaran (Soepardi, dkk., 2012) yakni:
 1. Tuli konduktif
Pada gangguan jenis tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan/penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran konduktif dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.
2.   Tuli sensorineural
Gangguan jenis tuli sensorineural disebabkan oleh kerusakan sel rambut pada organ korti yang terjadi akibat suara yang keras, infeksi virus, meningitis, dan proses menua. Gangguan pendengaran sensorineural biasanya pada tingkat ringan hingga berat dan bersifat permanen. Pada tingkat ringan dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.
3.   Tuli campuran
Tuli campuran merupakan kombinasi dari tuli konduktif serta tuli sensorineural dan kedua gangguan tersebut bisa terjadi bersama-sama seperti contoh radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII (sensorineural) dengan radang telinga tengah (konduktif).

3.       Telinga berdengung (tinitus)


Telinga berdenging atau dikenal dalam bahasa medis sebagai tinitus, banyak dikeluhkan sebagai suatu bising atau bunyi yang muncul di kepala tanpa adanya rangsangan dari luar. Adapun keluhan yang dialami ini seperti bunyi mendengung, mendesis, menderu, atau berbagai variasi bunyi yang lain. Tinitus bukanlah penyakit atau sindroma, tapi hanya merupakan gejala yang mungkin berasal dari satu atau sejumlah kelainan. Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan usia tua. Menurut data statistic dari pusat kesehatan di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan (Agustini, 2016).
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya tinitus. Beberapa diantaranya adalah:
1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf kedelapan.
4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi otoakustik.
5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit sistemik seperti anemia.
(Agustini, 2016).

4.       Keluar cairan (otore)


Otore adalah sekret yang keluar dari liang telinga. Cairan yang keluar dari telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya. Apakah sekret ini keluar dari satu atau dua telinga, disertai nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan jernih, harus waspada adanya cairan likuor serebrospinal (Efiaty dkk., 2007).
Penanganan otore bergantung penyebabnya. Pada beberapa kasus, kondisi ini tidak memerlukan penanganan medis. Bila penyebabnya infeksi maka dibutuhkan antibiotika. Sebagian besar kasus trauma juga dapat sembuh tanpa penanganan khusus (Efiaty dkk., 2007).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar