1. Telinga sakit (otalgia)
Otalgia adalah
sensasi rasa sakit di telinga. Setiap penyakit yang mengenai daerah telinga
hampir semuanya terdapat gejala otalgia. Penyebab nyeri dalam telinga itu
sendiri dapat berasal dari telinga maupun diluar telinga (Arnolds, 1984). Otalgia
adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai rasa
terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat hebat, atau
konsisten dan intermittent atau sementara (Petrus,1986).
a. Otalgia
primer
-
Infeksi telinga tengah (otitis media)
Otitis
media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah. Otitis media merupakan
penyakit telinga yang paling sering terjadi pada anak-anak dan merupakan
diagnosis klinis yang sering pada anak dengan demam. Data dari negara-negara
maju menunjukkan bahwa otitis media adalah salah satu infeksi yang umumnya
terjadi pada anak usia dini dan merupakan alasan umum untuk berobat. Otitis media
memiliki puncak insiden pada anak usia 6 bulan- 3 tahun dan diduga penyebabnya
adalah obstruksi tuba Eustachius dan penyebab lainnya yaitu menurunnya
imunokompetensi pada anak (Umar, 2013).
Faktor-faktor risiko terjadinya otitis media
adalah bayi yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah, umur (sering pada
anak-anak), anak yang dititipkan ke penitipan anak, variasi musim, predisposisi
genetik, kurangnya asupan air susu ibu, imunodefisiensi, gangguan anatomi
seperti celah palatum dan anomali kraniofasial lain, alergi, lingkungan padat,
sosial ekonomi rendah, dan posisi tidur tengkurap. Tanda dan gejala otitis
media pada anak yaitu pada anak usia di bawah 2 tahun yaitu demam, rewel, tidak
mau makan, tidak bisa tidur, terlihat lemas. Pada anak usia di atas 2 tahun
yaitu demam dan sakit telinga, sulit tidur, dan tidak mau makan (Kong dan
Coates, 2009).
-
Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna
yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit ini
sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang untuk pergi
berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang” (Bluest,
1996).
- Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi
trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan
secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius tidak dapat terbuka,
maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta gangguan pendengaran.
Kadang-kadang membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan mendadak
dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).
b.
Otalgia Sekunder
Otalgia sekunder dapat disebabkan oleh
penyakit gigi, iritasi sinus paranasal, lesi di rongga mulut.
2. Gangguan pendengaran (hearing loss)
Gangguan
telinga tidak dapat dianggap kecil, karena dapat mempengaruhi pendengaran.
Gangguan pendengaran didefenisikan sebagai berkurangnya kemampuan sesorang
untuk membedakan suara. Menurut WHO (2010), gangguan pendengaran adalah
hilangnya pendengaran disalah satu atau kedua telinga.
Gangguan
pendengaran terjadi karena peningkatan ambang dengar dari batas nilai normal
(0–25 dBA) pada salah satu telinga ataupun keduanya (Soepardi, dkk., 2012). Telinga
manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya 85 dBA (batas
aman) dan dengan frekuensi suara berkisar antara 20 sampai dengan 20.000 Hz
(Chandra, 2007). Batas intensitas suara tertinggi adalah 140 dBA dimana jika
seseorang mendengarkan suara dengan intensitas tersebut maka akan timbul
perasaan sakit pada alat pendengaran dan memicu seseorang terkena gangguan
pendengaran atau peningkatan ambang dengar (Utamiati, 2012).
Terdapat tiga jenis
gangguan pendengaran (Soepardi, dkk., 2012) yakni:
1. Tuli konduktif
Pada gangguan jenis tuli konduktif terdapat
gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan/penyakit di telinga luar
atau di telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat
ringan atau menengah dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran konduktif
dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.
2.
Tuli sensorineural
Gangguan jenis tuli sensorineural disebabkan
oleh kerusakan sel rambut pada organ korti yang terjadi akibat suara yang keras,
infeksi virus, meningitis, dan proses menua. Gangguan pendengaran sensorineural
biasanya pada tingkat ringan hingga berat dan bersifat permanen. Pada tingkat
ringan dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.
Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan
pendengaran berat atau parah.
3.
Tuli campuran
Tuli campuran merupakan kombinasi dari tuli
konduktif serta tuli sensorineural dan kedua gangguan tersebut bisa terjadi
bersama-sama seperti contoh radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga
dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya tumor nervus VIII
(sensorineural) dengan radang telinga tengah (konduktif).
3. Telinga berdengung (tinitus)
Telinga berdenging atau dikenal dalam bahasa medis sebagai tinitus,
banyak dikeluhkan sebagai suatu bising atau bunyi yang muncul di kepala tanpa
adanya rangsangan dari luar. Adapun keluhan yang dialami ini seperti bunyi
mendengung, mendesis, menderu, atau berbagai variasi bunyi yang lain. Tinitus
bukanlah penyakit atau sindroma, tapi hanya merupakan gejala yang mungkin
berasal dari satu atau sejumlah kelainan. Tinitus kerap diderita terutama orang
pada kelompok usia pertengahan dan usia tua. Menurut data statistic dari pusat
kesehatan di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada
suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu dan cukup
sulit disembuhkan (Agustini, 2016).
Banyak hal yang
dapat menyebabkan terjadinya tinitus. Beberapa diantaranya adalah:
1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskular: klonus otot palatum atau
tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf
kedelapan.
4. Gangguan kokhlea:
trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis,
tuli saraf mendadak, emisi otoakustik.
5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika
tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis,
gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain:
serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit sistemik seperti
anemia.
(Agustini, 2016).
4. Keluar cairan (otore)
Otore
adalah sekret yang keluar dari liang telinga. Cairan yang keluar dari telinga
harus diperhatikan sifat-sifatnya. Apakah sekret ini keluar dari satu atau dua
telinga, disertai nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit
biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat
mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya
kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang
berat atau tumor. Bila cairan jernih, harus waspada adanya cairan likuor
serebrospinal (Efiaty dkk., 2007).
Penanganan
otore bergantung penyebabnya. Pada beberapa kasus, kondisi ini tidak memerlukan
penanganan medis. Bila penyebabnya infeksi maka dibutuhkan antibiotika. Sebagian
besar kasus trauma juga dapat sembuh tanpa penanganan khusus (Efiaty dkk.,
2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar