Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Oleh karena itu, masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan
kesehatannya sendiri. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal
dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada
diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas
inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Tjay dan Rahardja, 1993).
Swamedikasi
di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional, obat herbal, obat
sintetik baik obat-obatan over-the-counter (OTC) atau obat yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter. Bagi sebagian orang, beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika
digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Meskipun demikian,
beberapa obat OTC sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah
kesehatan yang ringan hingga sedang (Fleckenstein, Hanson, & Venturelli,
2011). Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah dari golongan
obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek (OWA) (Atmoko dan
Kurniawati, 2009).
Swamedikasi biasanya
dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak
dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,
cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi dapat juga
digunakan untuk mengobati gangguan pada telinga, baik dengan menggunakan
obat-obat sintetik maupun tradisional, dimana pemeriksaan medis perlu dilakukan
bila terjadi infeksi (Depkes, 2006)
Pencegahan
- Hindari infeksi telinga. Berusaha menghindari kontak
dengan orang yang sedang sakit
- Memberi ASI pada bayi sehingga bayi mendapat antibody
dari Ibu dan
meningkatkan daya tahan tubuhnya
meningkatkan daya tahan tubuhnya
-
Hindari masuknya benda asing ke dalam telinga
-
Bila berada di daerah yang bising, gunakan pelindung
telinga
-
Jaga telinga tetap kering setelah kontak dengan air
(mandi, berenang)
- Gangguan penumpukan serumen dapat dihindari dengan membersihkan
telinga secara rutin.
- Jangan membersihkan telinga sampan ke liang telinga, apalagi menggunakan cotton bud.
- Jika telinga terasa gatal, maka berikanlah cairan khusu untuk membersihkan telinga. Anda bisa membelinya di apotek
- Jangan membersihkan telinga dengan frekuensi yang sering.
Pengobatan
Swamedikasi pada Telinga
Gangguan Telinga Ringan
a. Penumpukan
serumen (kotoran) dan kemasukan benda asing.
Gangguan karena penumpukan serumen (adalah suatu
campuran yang dihasilkan oleh kelenjar di dalam saluran telinga), dapat terjadi
karena produksi kotoran telinga yang berlebihan. Serumen sebenarnya berfungsi
sebagai pelindung telinga dari debu, bakteri, kuman dan benda-benda kecil yang
dapat merusak telinga. Biasanya serumen akan keluar sendiri dari dalam telinga.
Akan tetapi, apabila produksinya berlebihan maka serumen akan mengeras sehingga
menyumbat saluran telinga, dan menyebabkan pendengaran berkurang serta timbul
tekanan pada saluran telinga. Gejala yang sering muncul karena penumpukan
serumen diantaranya rasa nyeri, gatal, perasaan penuh atau adanya tekanan di
dalam telinga, dan pendengaran berkurang (BPOM, 2015).
Gangguan pendengaran juga dapat disebabkan
karena kemasukkan benda asing. Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak yang
tidak sengaja memasukkan benda kecil ke dalam lubang telinga atau kemasukan
serangga seperti semut atau lalat. Gangguan pendengaran akibat penumpukan
serumen dapat dihindari dengan membersihkan telinga secara rutin. Meskipun
serumen dapat keluar dengan sendirinya, namun membersihkan telinga secara rutin
dapat mencegah penumpukan. Hal ini merupakan tindakan preventif yang lebih
baik. Cara yang aman dan direkomendasikan untuk membersihkan adalah menggunakan
kain yang dibasahi air, diperas, lalu dibalutkan pada jari, kemudian digunakan
untuk membersihkan telinga bagian luar. Serumen dapat dikeluarkan dengan alat
khusus seperti sendok serumen atau forsep aligator. Jika ada cairan dalam liang
telinga, dapat digunakan penghisap ataupun aplikator logam yang diberi kapas
pada ujungnya untuk membersihkannya. Akan tetapi, hal ini menjadi tidak efektif
ketika serumen telah memadat (BPOM, 2015).
Obat yang dapat
digunakan secara bebas (swamedikasi) untuk menangani gangguan pendengaran
ringan baik yang disebabkan oleh pemadatan serumen maupun kemasukan benda asing
diantaranya adalah obat yang mengandung bahan aktif hidrogen peroksida (H2O2
3%) atau natrium dokusat atau fenolgliserin. Obat-obat ini dapat dibeli di
apotek dengan beberapa pilihan merek dagang (BPOM, 2015).
-
Hidrogen peroksida
Merupakan cairan hidrogen peroksida 3% yang dapat
digunakan untuk melembutkan atau membantu mengeluarkan serumen telinga. Penggunaan
larutan ini secara berlebihan dapat menimbulkan infeksi di telinga, karena
kemungkinan ada cairan yang tertinggal di dalam saluran telinga yang dapat
menjadi media pertumbuhan bakteri. Cara penggunaan cairan perhidrol adalah
dengan mencampur larutan air hangat dan hidrogen peroksida 3% dengan
perbandingan 1:1. Setelah itu, masukkan cotton budke dalam campuran larutan
tersebut kemudian gunakan untuk membersihkan serumen. Selain itu dapat pula
dilakukan dengan cara meneteskan terlebih dahulu campuran larutan air hangat
dan cairan perhidrol ke dalam lubang telinga, tunggu beberapa saat, kemudian
bersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungnya tidak tajam, seperti
cotton bud. Cairan perhidrol disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat
kering, terlindung cahaya dan suhu tidak lebih dari 150C
-
Natrium dokusat
Merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk
melunakkan serumen telinga. Obat ini kadang-kadang dapat menyebabkan kemerahan
pada permukaan kulit telinga.
-
Fenol gliserin
Obat yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah fenol
gliserin berperan sebagai pelembab dan zat yang melunakkan. Sediaan ini aman
dan tidak menimbulkan iritasi ketika digunakan pada kulit yang terkelupas
atau untuk melunakkan serumen di dalam telinga.
b.
Nyeri pada Telinga
Analgesik topikal untuk telinga selalu berbentuk
larutan dan mengandung analgesik antipiretik dan anestesi lokal benzokain dalam
propilen glikol atau gliserin anhidrat. Pembawa yang higroskopis mengurangi
pengembangan jaringan dan pertumbuhan mikroorganisme dengan menarik air dari
jaringan menuju pembawa. Sediaan ini umumnya digunakan untuk mengobati gejala
media otitis akut (Allen, 2007).
c.
Gangguan pada kulit telinga
Pengobatan topikal untuk infeksi telinga lebih sering digunakan sebagai
pengobatan tambahan, bersamaan dengan pengobatan sistemik secara oral.
Sediaan tetes telinga yang mengandung agen antiinflamasi seperti hidrokortison, triamcinolon dan deksametason sodium fosfat
diresepkan karena efek yang dimiliki dapat mengobati pembengkakan dan radang
yang sering terjadi bersamaan dengan alergi dan iritasi pada telinga.
Dermatitis dapat diobati dengan larutan aluminium asetat 2,5% yang
memiliki efek antipruritis, antiinflamasi dan beberapa antibakteri. Astringen
ini mengendapkan protein dan mengeringkan daerah sekitar. Astringen ini juga
dapat menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Seborrhea dapat diobati dengan sediaan topikal hidrokortison.
Psoriasis diobati dengan sediaan topikal
hidrokortison. Bisul umumnya pertahanan tubuh. Pengobatan yang dapat dilakukan
dengan menghangatkannya dan antibiotika topikal (Allen, 2007)
d.
Penyumbatan pada Telinga yang disebabkan oleh Air
Sediaan yang digunakan untuk mengobati penyumbatan air di telinga adalah
sediaan yang mengandung isopropil alkohol, gliserin, asam borat, hidrokortison,
etil alkohol dan asam asetat. Ketika infeksi terjadi, sediaan tetes telinga
yang efektif mengandung campuran antibiotika aminoglikosida dan
antiinflamasi kortikosteroid dalam wadah asam. Tambahan alkohol dapat
menurunkan tegangan permukaan dan bercampur dengan air untuk membantu
menghilangkannya melalui kanal telinga. Gliserin juga akan membantu dalam
penyerapan air. Asam asetat akan menurunkan pH dalam kanal telinga untuk
meminimalkan pertumbuhan bakteri. Hidrokortison akan membantu dalam
mengurangi radang dan antibiotika akan membantu mengurangi infeksi (Allen, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V. 2007. Otic Disorder. IJPC.10 (12).
Atmoko, W. dan I. Kurniawati. 2009. Swamedikasi: Sebuah respon realistik perilaku konsumen di masa krisis. Bisnis dan Kewirausahaan. Vol.2, No.3: 233-247.
BPOM. 2015. Obat Gangguan Telinga Ringan. Available at: http://pionas.pom.go.id/artikel/ obat -gangguan-telinga-ringan. (Diakses pada: 30 Oktober 2016).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta.
Fleckenstein, A.E., Hanson, G.R., & Venturelli, P.J. 2011. Drugs and society (11th ed.). USA: Jones & Bartlett Publishers.
Tjay, T.H., Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Halaman 540-541.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar